Ada ketupat pasti ada lepet. Lepet adalah makanan yang terbuat dari beras ketan di campur dengan parutan kelapa dan kacang tolo lalu dibungkus dengan janur dan diikat dengan tali bambu. Lepet ini menjadi makanan pendamping ketupat. Dan kedua makanan ini selalu menjadi hidangan yang memang khusus untuk dibagikan kepada tetangga.
Di daerah saya, hidangan ketupat tak disediakan bertepatan dengan saat hari raya. Namun, ketupat dan lepet disediakan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Kami menamkannya "lebaran ketupat". Pada H-1, orang-orang ramai membuat ketupat dan lepet dani saling menghantarkan kepada tetangga. Setiap hantaran biasanya berisi ketupat, lepet, dan semangkuk sayur. Bisa sayur opor, atau hanya sekadar sayur lodeh.
Sebenarnya ada makna yang lebih dalam dari ketupat, Lepet dan Opor Ayam daripada hanya sekedar makanan pelengkap di hari Idul Fitri. Ketupat dan lauknya yang berkuah santan menjadi tradisi hidangan saat lebaran. Tidak sekedar hidangan, ternyata ada filosofi dibaliknya. Ketupat dan lauk bersantan merupakan perlambang dari Hari Idul Fitri. Ketupat (kupat), dipercaya merupakan kependekan dari "ngaku Lepat", lepet merupakan bentuk mudah pembacaan lepat yang artinya salah sedangkan santan (santen) adalah kependekan dari "pangapunten". Hantaran ketupat santan sebagai perlambang permintaan maaf sudah seharusnya dibalas dengan melakukan hal yang sama. Artinya, selain meminta maaf, kita juga harus bersedia memberi maaf. Inilah esensi dari hari raya Idul Fitri, saing memaafkan.
"Kupat kaliyan santen. Sedaya ngaku lepat nyuwun pangapunten".
0 komentar:
Posting Komentar